ا هـــلا و ســـهـــلا

ا هـــلا و ســـهـــلا
SELAMAT DATANG DI BLOG SDIT AL AMRI

Rabu, 15 Oktober 2014

Al Hubb



Wuuuiiih, judulnya udah kayak nyaingin Hijabers in Love aja ya? Tahu kan yang saya maksud? Ya itu emang jadi salah satu alasan kenapa tulisan ini dibuat. Alasan lainnya, tentu aja karena kami  peduli ama temen-temen rohis (kerohanian Islam).
Ngeliat maraknya kegiatan rohis sebenernya bikin hati seneng. Para pemuda dan pemudi Islam bahu membahu membangun keshalehan. Sejumlah pakar pendidikan bahkan menganggap rohis sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang terbukti ampuh meredam tawuran, narkoba dan kenakalan remaja lainnya. Anak rohis lebih doyan ngumpul di masjid en ngadain kajian fiqih dibanding dugem. Anak rohis lebih doyan ngomongin isi al-Quran dibanding ngomongin ‘isi’ sekolah lain. Nah, output = input kan? Kalo yang dimasukin ke otak informasi yang positif, so hasilnya juga positif. Artinya, kalo ngumpul aja di masjid, yang dibahas tentang isi al-Quran, maka harusnya anak rohis dianggep paling ngerti tentang agama. Anak rohis itu tingkah lakunya kudu lebih baik dari yang awam (baca: bukan aktivis rohis). Makanya pas ada isu bahwa rohis itu sarang teroris, waduh, rasanya bikin mangkel setengah hidup. Tuduhan yang luar biasa keji, sadis, kejam dan tak tahu aturan.
Rohis itu wadah untuk belajar lebih dalam tentang Islam. Namun di sisi lain, perlu diperhatikan juga soal interaksi di antara mereka yang bisa menjerumuskan ke sisi negatif. Misalnya nih, banyaknya kegiatan, koordinasi dan interaksi antara aktivis ikhwan dan aktivis akhwat, ternyata mau nggak mau bikin gonjang ganjing hati nih. Si ikhwan jadi tahu kalo si akhwat ternyata kalo ngaji suaranya bagus banget. Meski terlihat lembut, ternyata si akhwat mandiri lho. Maka segala keindahan, keanggunan seolah-olah berputar en berpusat padanya. Si akhwat nggak mo kalah. Suara si ikhwan tiba-tiba jadi begitu berwibawa. Udah rajin sholat, piawai memimpin lagi. Apalagi kalo ternyata seiring dakwahnya yang yahud, si ikhwan nilai-nilainya juga tetep good. Huuuaah! Mendadak si ikhwan jadi sosok impian pendamping ideal. Mendadak semua info tentang dia jadi penting. Mendadak harapan-harapan dengan si dia mulai berdenting. Aduuuhh, gimana nih?
Tahu sih Islam nggak kenal pacaran. Tahu sih Islam nggak ngijinin ikhwan bergaul terlalu deket ama akhwat. Tapi mo gimana lagi. anak rohis kan juga manusia. Bukan malaikat yang nggak goyah dengan virus cinta. Terus gimana dong? Mo nikah? Kan sekolah nggak ngijinin anak didiknya nikah pas masih masa belajar. Yang udah kuliah? Sama aja! Ortu nggak bakal ngasih lampu hijau deh untuk nikah sebelum lulus kuliah en dapet kerja. Lagian nikah itu kan berat. Kudu bertanggungjawab en terikat.
Akibat ‘konflik’ itu, nggak sedikit yang galau, nggak sanggup lagi mengekang yang namanya cinta (baca: nafsu), Akhirnya, banyak anak rohis yang memilih menjalani HTS (hubungan tanpa status). Nggak pacaran sih, tapi sms mesra, telepon-telponan dan lirik-lirikan saat rapat. Untuk yang lebih nekat, berani ngasih label status hubungannya dengan label ‘pacaran islami’. Katanya, pacaran ini semata-mata sebagai sarana untuk meningkatkan rasa empati dan berbagi. Bahkan ada yang nekat nulis buku-buku yang memberikan panduan pacaran islami. Hasilnya? Meski banyak yang tetep bertahan en stay cool, nggak sedikit pula anak rohis yang akhirnya bablas en gugur di medan tempur eh medan dakwah. Nggak hanya gugur, tetapi juga terhina.



Aktivis Rohis juga manusia
Sobat Islam rahimakumullah,  Kalo masih ada yang berpikiran, ‘anak rohis kan juga manusia’, punya hati punya rasa, wajar aja bisa kesandung cinta. Nah, justru karena anak rohis itu manusia, makanya anak rohis kudu ngikutin aturan Yang Menciptakan Manusia. Islam itu turun dengan aturan yang udah lengkap banget. Masalah bersuci aja diurusin, apalagi masalah yang terkait dengan pergaulan. Catet tuh!
Dalam Islam, berzina adalah perbuatan haram yang sanksinya berat banget. Jangankan berzina, sudah termasuk dikatakan berdosa meski hanya mendekati zina. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-haditsnya banyak yang mengharamkan zina, termasuk semua pendahuluan ke arah perbuatan zina. Meski pun hanya berupa sentuhan yang kerap dianggap sepele saat ini.
Hubungan tanpa status (bak yang mengaku ‘pacaran Islami’ atau yang bebas) itu bagaimana pun adalah perbuatan mendekati zina. Meski sekadar sms-an mesra sekali pun, tetep aja disebut gerbang masuknya zina. Nah, dengan pacaran model kayak gini, ada nggak yang berani jamin kalo ini nggak akan berkembang jadi pergaulan bebas? Nggak ada kan?
Namanya maksiat meski tampak kecil tetep aja maksiat. Kalo dituruti makin lama makin ‘nagih’ untuk berbuat lebih. Faktanya, pergaulan bebas itu bukan hanya terjadi pada remaja yg ‘berandalan’ dan jauh dari agama lho, tapi pada anak rohis pun bisa juga melakukan hal yang sama kalo nggak tahu ilmunya. Bedanya, anak rohis dibumbui dengan alasan menjalin ukhuwah. Weleh-weleh, menjalin ukhuwah kok harus dengan lawan jenis. So, belajar tentang tata pergaulan jadi wajib jib! Nggak cuma ngandelin semangat doang. Inget-inget ya! Ini udah kategori bikin:Jleb!

Mencegah itu lebih baik
Sobat Islam rahimakumullah, sebelum kecebur ke kolam, mending jangan maen-maen di pinggir kolam deh. Sebelum terbakar, mending jangan maen api deh. Sebelum terperangkap cinta yang nggak halal, mending dicegah deh perasaan mo deket-deket dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Ibarat magnet nih ya, daripada didekatkan malah jadi saling tarik-menarik, mending dijauhkan sekalian. Beres!
Bener lho, ekspresi cinta itu sendiri sebenarnya bentuk dari perwujudan naluri. Nah, yang namanya naluri, rangsangannya berasal dari luar. Naluri ini akan mendorong manusia untuk mewujudkan pemuasannya. Makanya orang yang udah kadung kesandung cinta akan galau selama belum mendapatkan kepastian cintanya berbalas atau nggak. Itu seababnya, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. So, sebelum wadah pengajian jadi ajang pacaran, ada beberapa tips untuk mencegahnya. Apa aja tuh?
Pertama, kurangi intensitas pertemuan yang nggak perlu. Sering bertemu emang bikin hati mudah goyah. Perasaan yang semula biasa-biasa aja jadi bisa tumbuh, mekar en subur (tanaman kalee) gara-gara seringnya berinteraksi. Ini tentu aja bikin hati nggak sehat. Cara menghindarinya, usahakan kegiatan antara ikhwan dan akhwat dipisah. Kalo suatu kegiatan bisa dilakukan secara terpisah, ini akan meminimalkan pertemuan antara aktivis rohis yang ikhwan dan yang akhwat. Itu artinya, pertemuan yang ‘terpaksa’ terjadi karena ada hal yang penting-penting aja.
Kedua, musti menundukkan pandangan alias gadhul bashor. Menundukkan pandangan bukan berarti menunduk terus sampai nggak liat kanan kiri, depan belakang (kan gawat kalo ketabrak). Gadhul bashor artinya tetap melihat dengan wajar dan menahan pandangannya itu dari hal-hal yang diharamkan Allah. Lihat sama sekali lho. Bukan berarti nggak melihat. Misalnya saat berbicara dengan lawan jenis. Satu sama lain jangan menikmati wajah atau penampilan lawan bicaranya. Menikmati artinya ada perasaan nafsu menjalar di pikiran dan perasaan. Bahaya itu! Firman Allah (yang artinya): “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya… (QS an-Nuur [24]: 30-31)
Ketiga, jangan berbicara dengan gaya bicara yang mendesah ato merayu-rayu. Ini bukan berarti kalo lagi bicara ama ikhwan, gaya bicara kita seperti lagi ngebentak maling yang kepergok nyuri ayam, ya hehe…berbicara sewajarnya aja. Firman Allah Ta’ala (yang artinya):”Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan), nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu (penyakit) ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. ” (QS al-Ahzab [33]: 32)
Keempat, jaga hati en pikiran. Di awal udah dijelasin kalo cinta itu adalah bentuk dari potensi manusia bernama naluri. Nah, ada dua faktor nih yang bikin naluri cinta ini bangkit. Pertama, fakta yang dapat diindera. Yang kedua, pikiran yang mengundang makna-makna atau benak yang diisi dengan hayalan. So, supaya naluri ini nggak terbangkitkan, nggak menuntut dipuaskan, maka kamu kudu menghilangkan salah satu atau keduanya. Melihat akhwat bagi yang ikhwan, begitu juga sebaliknya nggak akan ngaruh dan berefek apa-apa kalo hati en pilkiranmu kamu jaga supaya nggak menghayal ke mana-mana. Ingat lho, Allah menghisab alias menghitung (dan akan meminta pertanggungan jawab) atas segala perbuatan kita. seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Israa’ [17]: 36)
Jadi, saat hatimu mulai terbakar cinta, kamu bisa menetralkannya dengan beristighfar dan banyak mengingat Allah Ta’ala. Maka dengan mudah, kamu bisa move on lagi. Nah, yang terpenting dari itu semua, buktikan bahwa kamu adalah anak rohis yang nggak berbekal semangat doang. Tapi kamu adalah anak rohis yang bener-bener ngerti Islam termasuk tata pergaulannya (khususnya dengan lawan jenis).
Sobat Islam rahimakumullah, Rohis in Love itu awalnya wajar alias biasa-biasa saja. Rasa cinta yang tumbuh berawal dari seringnya bertemu di antara sesama aktivis rohis adalah hal biasa. Tetapi jika diekspresikan dengan pacaran, itu menjadi luar biasa jeleknya. So, kuatkan keimananmu, luruskan niat gabung di rohis, tumbuhkan takwa dengan benar, semangat cari ilmunya, pahami juga–ini penting–seluk-beluk syariat Islam seputar pergaulan yang syar’i.

Minggu, 05 Oktober 2014

Qurban 1435 H



Sobat Al amri, Hari Raya Idul Adha baru saja berlalu. Alhamdulillah, Allah Ta’ala masih berkenan melimpahkan nikmat-Nya sehingga kita dipertemukan dengan hari besar itu. Sampai detik ini pun kita masih bisa menghirup segarnya oksigen, menikmati birunya langit dengan gumpalan awan putih, beraktivitas dan beramal sholih. Eits, ngomongin soal Idul Adha. Apa sih yang ada di benak kalian? Apa saja yang dilakukan saat hari itu tiba? Hmm, Idul Adha itu bulan haji, ada sholat Id, kumpul di lapangan untuk motong atau sekedar melihat hewan qurban disembelih. Oya, nyate daging kambing rame-rame dll. Wiih, nyate, Bro. Mantap!
Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang cukup penting bagi umat Islam. Kenapa? Karena ada peristiwa-peristiwa yang bisa dibilang historis. Tanggal 9 Dzulhijjah jutaan kaum Muslimin baik pria atau wanita, dari ras dan negara yang berbeda melakukan wukuf di Arafah yang merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah haji. Esoknya, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari Raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak merefleksi bahwa tidak ada yang agung dan patut disembah kecuali Allah Ta’ala. Di hari raya inilah penyembelihan hewan qurban dilakukan. Sik, asik!

Seputar syariat Qurban
Sobat, rahimakumullah, kata qurban berasal dari bahasa Arab yaitu qoroba atau yaqrobu yang artinya dekat. Melaksanakan qurban tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Hukum berqurban itu sunnah muakkad loh. Sangat dianjurkan. Ini menurut pendapat mayoritas ulama. Berqurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berqurbanlah.” (QS al-Kautsar [108]: 2)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bagi tiap-tiap umat, telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah (Allah) rezekikan kepada mereka. Maka Rabb kalian ialah Rabb yang Maha Esa. Oleh karena itu, berserah dirilah kalian kepada-Nya.” (QS al-Hajj [22]: 34)
Sobat , tentu sudah tidak asing lagi bukan dengan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam yang dalam mimpinya melihat beliau menyembelih anaknya, yakni Nabi Isma’il ‘alaihi sallam? Allah Ta’ala telah mengabadikannya di dalam al-Quran surat ash-Shaffat ayat 102-109. Silahkan dicek ya. Selama bertahun-tahun Nabi Ibrahim menunggu kehadiran buah hatinya. Setelah dikaruniai anak ternyata Allah menguji keikhlasan dan ketaatan Nabi Ibrahim. Allah Ta’ala memerintahkan agar ia menyembelih Nabi Ismail as, anaknya sendiri. Namun, karena ketakwaannya Nabi Ibrahim memilih untuk tetap melaksanakan perintah Allah hingga akhirnya anaknya tidak jadi disembelih. Allah Ta’ala menggantikan dengan seekor domba. Subhanallah!
Itulah buah dari ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah Ta’ala. Beliau sangat mencintai anaknya. Namun kecintaan terhadap anaknya tidak menghalanginya untuk taat kepada Allah Ta’ala. Hal ini patut kita teladani. Sebesar apa pun kecintaan terhadap sesuatu jangan sampai membuat kita lalai dari perintah-Nya. Seseru dan semenarik apa pun tayangan di televisi jangan sampai membuat kita menunda waktu sholat. Musik dan lagu yang didengarkan bahkan hampir tiap hari jangan sampai melupakan kita untuk membaca al-Quran. Tegakah jika al-Quran hanya dipajang dan dibiarkan terkurung di lemari ruang tamu? Jangan biarkan sertifikat taqwa lari menjauh dari kita. Jangan sampai deh!
Sobat, perintah berqurban yang sudah disyariatkan–terutama bagi mereka yang mampu- menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama yang peduli dan menghormati fakir miskin dan kaum dhuafa. Nah, dengan disyariatkannya qurban, kaum Muslimin dilatih untuk memperkuat rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial dan mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama. Itu sebabnya, akan menjadikan kita seorang yang peduli kepada saudaranya. Mana mungkin kita tega melihat orang lain kesusahan, kelaparan atau kehausan. Sementara kita hidup enak dan berkecukupan. Lalu, bagaimana dengan remaja saat ini? Apakah mereka peduli?

Remaja terjebak hedonisme
Sobat, rahimakumullah, di zaman sekarang ini remaja mudah sekali terjerumus dan melakukan hal buruk bahkan sampai melampaui batas koridor yang sudah ditetapkan Islam. Pergaulan bebas merajalela. Pacaran, narkoba, dan seks bebas sudah menjadi hal yang tidak aneh di negeri ini. Geng motor yang bikin resah masyarakat, fenomena cewek cabe-cabean atau terong-terongan (kalau tomat-tomatan dan garam-garaman serta gula-gulaan ada nggak ya? Sekalian bikin sambal deh. Hihihi… ). Bayangin coba, ada loh anak SD dan SMP yang tidak malu melakukan hubungan seks dengan teman sekolahnya. Malah tidak sedikit yang menjadi PSK di usia sekolah. Bagaimana dengan anak SMA atau kuliahan? Beuh pastinya jauh lebih banyak. Sudah putus kali ya urat malunya. Astaghfirullah.
Belum lagi pengaruh blantika musik dan hiburan lain. Coba perhatikan teman kalian, lagu apa sih yang biasanya mereka dengar? Rock, Metal, K-pop, Kroncong atau dangdut? Mending kalau nasyid atau murottal. Yee, ini mah malah lagu galau atau free love yang didengarkan. Padahal lirik lagunya belum tentu berisi tentang kebaikan. Malah mengajak kepada kemusyrikan. Ih, na’udzubillah!
Lebih aneh lagi, banyak remaja yang asal mendengarkan lagu tanpa tahu isi dari lagu tersebut. Pokoknya enak didengar, sedang booming, kan cuma dengerin aja. Mungkin itu contoh pembelaan mereka saat ‘diinterogasi’. Parahnya nih, nggak sedikit remaja yang karena keasyikannya dengerin lagu sampai melalaikan kewajiban lain. Contohnya sholat. Berapa banyak teman kalian yang menunda waktu sholat karena sedang asik dengerin lagu?
Tidak beda jauh dengan televisi. Acara-acara televisi kebanyakan tidak bermanfaat, malah dampak negatifnya yang besar. Pornoaksi dan pornografi yang ada pada tayangan sinetron, film atau iklan. Kekerasan, kejahatan, gaya hidup hedonis dan lainnya. Hal ini akan sangat berbahaya. Gara-gara nonton film tinju seorang anak bikin babak belur teman sekolahnya. Atau gaya bicara alay seperti di sinetron-sinetron yang akhirnya ditiru oleh anak-anak. Bukan tidak mungkin, adik atau keponakan kalian bisa melakukan hal serupa. Harus kudu mesti ekstra hati-hati (widiw, nih nulisnya pemborosan kata ya? Hehehe). Jangan biarkan anak kecil yang masih unyu-unyu nonton televisi sendirian tanpa bimbingan orang tua dan kakaknya.
So, nggak bisa dipungkiri bahwa remaja mudah sekali terbawa arus apalagi di zaman serba hedonis dan permisif sekarang ini. Tanpa aqidah yang kuat seseorang tidak akan mampu membendung arus paham liberal tersebut. Aqidah yang menancap kuat pada seseorang tidak akan mudah hanyut. Aqidah menjadi benteng baginya. Namun sayang, remaja saat ini masih banyak yang enggan mempelajari dan mendalami ilmu agama. Bagaimana aqidahnya mau kuat? Malah, untuk ibadah semisal sholat saja masih malas-malasan. Disuruh ibunya ke warung saja ogah. Pengennya duduk depan televisi nonton sinetron atau mantengin acara musik pagi. Kalau ditanya mau masuk surga atau nggak, pasti jawabnya mau. Tapi bagaimana mau masuk surga wong diajak ngaji saja masih mikir-mikir? Masihkah kita berdiam diri membiarkan hal ini?
Kalau dipikir-pikir nih, memang apa sih untungnya nonton sinetron, acara musik atau dengerin lagu yang tidak islami? Ada yang sampai berjam-jam pula. Aneh, segitu betahnya ya. Atau kumpul bareng geng motor dan teman cabe-cabeannya. Padahal cuma nongkrong saja dan gaya-gayaan di jalanan. Coba deh, lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat. Sesuatu yang bernilai pahala. Sebagai remaja Muslim kita harusnya berusaha menjadi pribadi yang bertakwa. Berusahalah melakukan apa yang telah diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Apa beratnya sholat 5 waktu? Satu kali sholat wajib paling cepat 5 menit. Ini belum yang sunnah. So, mending sholat daripada nonton televisi, nongkrong atau dengerin lagu free love sampai berjam-jam.

Hidup di dunia hanya sekali
Sobat rahimakumullah, hidup di dunia fana ini hanya sekali. Kita semua pasti akan mati. Kelak, malaikat maut akan datang dan menjemput kita. Ketika saat itu tiba, kita tidak bisa berkutik atau meminta agar ditunda. Apa jadinya jika kita tidak mempersiapkan bekal untuk hari esok? Berfoya-foya selama hidup di dunia atau terlalu sibuk mencari kesenangan duniawi hingga melupakan kehidupan di akhirat kelak. Ketahuilah Bro en Sis, kekayaan atau jabatan di dunia tidak akan langgeng. Ada batas waktunya. Nggak akan selamanya dimiliki. Bahkan, kalo kita meninggal dunia pun, harta itu nggak bakalan dibawa ke lubang kubur.
Kesenangan di surga jauh lebih besar. Jika ingin sukses dan menjadi penghuni surga kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk beribadah, berbakti kepada orang tua, belajar dan beramar ma’ruf nahi munkar. Tebarkanlah kebaikan di mana pun kalian berada. Berkorbanlah demi kebaikan kita dan kaum Muslimin lainnya. Maka, dengan berdakwah kita mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan dana. Tak mengapa. Jika kita ikhlas semata-mata ingin mendapat ridho Allah akan menjadi bekal. Raihlah ‘sertifikat’ takwa. Salah satunya dengan berkurban dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah Ta’ala. Semangat!

Senin, 15 April 2013

Ujian Nasional


Hei! Hari ini ada pertempuran besar-besaran! Bukan pertempuran pistol air lho, bukan juga pertempuran gobag sodor, apalagi pertempuran kelereng. Bukan itu, tapi yang lebih mengerikan lagi! Duh, pertempuran apa ya? Ada yang tahu?
Yap, benar sekali. Pertempuran itu adalah sosok dua huruf gede yang menghantui pikiran remaja tiap hari, UN alias Ujian Nasional. Hehe… lebay amat sih. Tapi emang betul kok, banyak banget remaja mulai dari yang SD sampai SMA takuuut banget ama dua huruf yang barusan disebutin. Seberapa mengerikankah kedua huruf tersebut? Dan mengapa banyak banget hal-hal yang sebenarnya sangat tidak diperbolehkan yang terjadi selama datangnya hari UN ini? Dan mengapa? Nah, kita bahas yuk!
Ceritanya nih, tapi fakta loh ya, tanggal 15 April 2013 (hari ini), teman-teman kita yang duduk di bangku kelas tiga jenjang SMA akan menjadi sekelompok orang yang pertama kali berhadapan dengan UN. Tepatnya, tanggal 15 hingga 18 April 2013 (tetapi untuk 11 Provinsi yang berada di Wilayah Indonesia Tengah, UN untuk SMA/SMK/MA dan sederajat diundur, yakni mulai diadakan tanggal 18 April 2013, info lengkapnya silakan kunjungi website kemdiknas.go.id). Di UN tersebut para siswa harus menjawab materi pelajaran yang diujikan dengan benar agar nilai mereka nggak ambruk dan akhirnya bisa lulus. Kalau nilai mereka ambruk, maka bisa dipastikan mereka tidak akan lulus! Duh, kok jadi serem gini, ya?
Begitu juga dengan adik-adik kita di SD dan SMP. Untuk SMP, tanggal 22-25 April 2013 dan untuk SD dan sederajat, UN akan diadakan pada tanggal 6-8 Mei 2013. Bisa dipastikan, hari-hari tersebut merupakan hari-hari paling berat sepanjang sejarah bersekolah sobat semua. Kemudain, pertanyaan selanjutnya pun muncul. Sudah seberapa siapkah aku?
Hayo, bagaimana persiapan kalian? Apakah kalian udah yakin, kalian udah siap yang terbaik buat Ujian Nasional?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Ternyata banyak juga lho, temen-temen kita yang kagak peduli sama sekali ama yang namanya ujian ini. Loh, kok bisa? Iya dong! Tahukah kalian, ternyata zaman sekarang ini nih, yang namanya anak remaja sekolah udah buanyaaaakkk banget yang menyimpang dari tujuan utama orang tua menyekolahkan mereka. Gimana nggak, menurut pihak survei gaulislam nih, (cieee…) ternyata banyak banget remaja yang berangkat ke sekolah, bukan dengan niat dan tujuan menuntut ilmu dan memperdalam pemahaman ilmu, melainkan sekadar tempat untuk bermain-main dan bersosialisasi semata! Kongkow-kongkow doang gitu lho!
Lebih memprihatinkan lagi nih ya, ternyata nggak sedikit remaja yang memiliki pikiran kayak gitu. Bahkan hampir semua! Setiap hari, saat keluar dari rumah untuk berangkat sekolah, mereka niatnya aja udah beda. Pingin ketemu temen lah, ketemu geng lah, atau bahkan ketemu pacar. Nah, kalau fakta keseharian dari kehidupan remaja kita di sekolah seperti ini, maka apakah mereka masih bisa dibilang peduli dengan persiapan mereka menghadapi ujian nasional?

Black track UN
Udah jadi rahasia umum, bahwa UN setiap tahunnya di Indonesia hampir pasti selalu terjadi kecurangan (meski mungkin ada juga di beberapa sekolah yang nggak, tapi siapa yang berani jamin?). Nggak sekadar murid-murid nakal yang nggak belajar yang saling contek-contekan. Ternyata, banyak banyak juga lho, pihak sekolah yang saking pinginnya murid-muridnya dapet nilai tinggi dan lulus semua, akhirnya berlaku curang dengan ngasih tahu jawaban atau minimal ngajarin murid-muridnya waktu UN berlangsung.
Belum cukup sampai situ. Bermunculanlah pihak-pihak yang berusaha memancing di air keruh, alias orang-orang yang memanfaatkan momen UN ini sebagai ajang berbisnis. Mereka menjual soal-soal dan kunci jawabannya dengan harga tinggi, dan tidak sedikit dari pihak sekolah dan siswa yang rela membeli soal-soal tersebut agar bisa sukses di UN nantinya. Huh, kesuksesan yang kotor itu namanya! Lebih parah lagi kalo ternyata soal dan jawaban itu bodong alias ngibul. Udah mah rugi keluar duit banyak, celaka juga karena jawaban soal salah semua.
Begitulah fakta memiriskan yang tiap tahun terjadi di negeri ini. Benar-benar memprihatinkan memang, mengingat nampaknya kecurangan besar semacam ini sudah dianggap wajar oleh masyarakat, dan seperti sudah menjadi rahasia umum yang memang biar sajalah terjadi. Padahal, Indonesia ini kan mayoritas berpenduduk muslim. Kalau udah gini, apakah masih pantas kita mengaku sebagai pelajar dan muslim yang baik dan berakhlak?

Hilangnya nilai pendidikan
Bro ensi Sis rahimakumullah, ‘penggila’ gaulislam, kurikulum pendidikan yang sekarang bisa dibilang sungguh sangat terlalu dan ‘mekso’. Gimana nggak sih? Coba kalian buka tuh buku pelajaran SD adik kalian. Lihat deh, udah seberapa sadisnya pelajaran-pelajaran itu dijejalin ke kepala adek-adek kita. Bahkan yang duduk di jenjang SMP pun banyak yang udah nggak bisa lagi ngerjain soal SD, karena rasa-rasanya, makin lama kurikulum yang disodorkan terasa makin susah dan mencekik.
Pelajaran matematika contohnya. Kita tidak diajarkan untuk mengerti dan memahami cara dan teknik berhitung, namun kita hanya dijejali dan terus dijejali oleh rumus. Bahkan nih, dalam suatu soal, kalau jawabannya bener tapi caranya nggak sesuai sama rumus yang sama plek dengan buku teks, maka jawaban kita bisa disalahkan oleh guru. Tuh, kan, diskriminatif banget!
Kesalahan pun makin fatal, manakala belajar kini sudah tidak peduli dengan apakah seorang siswa dapat memahami sebuah ilmu dengan baik dan menguasainya, melainkan hanya demi mendapatkan beberapa biji angka yang disebut NILAI. Akhirnya, semua orang pun mulai lupa dengan tujuan utama mereka belajar, dan mereka hanya berlomba-lomba meraih nilai tertinggi, bahkan dengan cara yang paling dilarang sekalipun.
Padahal dalam Islam nih, menuntut ilmu itu nggak sekadar mengejar nilai! Menuntut ilmu itu adalah kewajiban untuk setiap muslim. Coba lihat deh bagaimana orang-orang terdahulu bersekolah. Mereka rela mengorbankan banyak hartanya hanya demi mendapatkan ilmu. Rela menempuh ribuan kilometer hanya untuk mendapatkan ilmu. Bandingin deh sama kita sekarang. Udah bisa sebaik mereka?
Ingat nggak kalian gimana pendidikan di masa khilafah dulu? Pendidikan menjadi salah satu tonggak terpenting dalam siklus kehidupan manusia. Pendidikan dijalankan dengan serius, nggak main-main apalagi main beneran (hehe….). Pendidikan diatur dengan baik oleh negara. Nggak ada perkembangan ilmu yang tercegah, baik karena alasan sarana dan prasarana, apalagi sekadar masalah biaya. Semuanya diberi gratis oleh negara loh! Gretong, asli! Nggak kayak pendidikan sekarang yang biayanya makin selangit.
Puncak kejayaan Islam adalah saat keilmuan amat diperhatikan dan dihargai. Bahkan, pada zaman khilafah dulu, orang-orang Eropa pun belajar dari orang Islam. Keren nggak tuh? Jadi, ilmu yang telah berkembang pesat di Eropa kini, nggak lepas dari jasa besar dari kaum muslimin zaman khilafah, terutama, insan yang bergelut dalam dunia pendidikan, baik pelajar maupun yang diajar.
Pertanyaannya sekarang, apakah kita mampu dan mau untuk meraih kejayaan itu lagi dan bangkit dari segala keterpurukan ini? Nah, jawabannya ada di diri kalian sendiri. Tetapi sebagai ajakan, mari mewujudkannya kembali.

Sedia senjata sebelum perang
Sobat muda muslim, sediakan amunisi ilmu kalian dengan baik, persiapkan juga mental kamu, jangan sampai entar kamu ngompol pas ujian (hehehe…). Dan yang terpenting, kamu kudu senantiasa berdoa kepada Allah Swt. agar selalu dimudahkan jalannya menghadapi UN ini, dan mintalah restu dari orang tua, karena ridho Allah ada pada ridho orang tua. Murka Allah pula ada pada murka orang tua.
Pesan dari gaulislam nih, jangan sekalipun kalian tergoda untuk berbuat curang saat UN nanti! Sebab, dengan berbuat curang, sama aja kalian udah mengkhianati diri kalian sendiri, mengkhianati orang tua, dan mengkhianati Allah Swt. yang Maha Melihat kalian. Karena, untuk apa 3 tahun kalian belajar capek-capek, kalau entar UN ternyata cuma selesai pakai ‘nyontek’? Apa guna keringat orang tua kalian yang udah diperas biar kalian bisa tetap sekolah selama ini? Apa guna juga Allah menjadikan kalian sebagai muslim, jika akhlak dan tindakan kalian jauh dari Islam?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, hasil UN nggak akan punya arti apa-apa kalo kita nggak berbuat banyak bagi kehidupan kita untuk dunia dan akhirat. Emangnya entar kalo udah masuk kubur, kita bakalan ditanya nilai UN kita? Nggak kan?
Allah Ta’ala pun nggak peduli gimana entar hasil UN kalian, tapi Allah akan sangat menilai bagaimana usaha yang kalian lakuin. Allah akan selalu mencintai hamba-hambaNya yang mau berusaha dan memiliki keinginan yang kuat untuk selalu berusaha menjadi yang lebih baik, dan lebih baik lagi.
Tuntutlah ilmu dengan setulus hati dan niat yang lurus, yakni demi menapatkah ridha dari Allah Swt. Ilmu hanya bisa diraih dengan sabar dan serius. Maka dari itu, kalau kalian mempelajari sebuah ilmu dan ternyata nggak ‘nyantel’ juga, maka tiliklah lagi diri kalian, apa kalian itu udah serius dan sabar atau belum dalam meraih ilmu.
Mendapatkan ilmu yang bermanfaat itu jauh lebih oke ketimbang nilau UN selangit tapi nggak bisa ngapa-ngapain. Nilai yang pas-pasan hasil jerih payah sendiri, tentunya akan jauh lebih berkah dan ilmunya lebih bermanfaat daripada yang dapat nilai sampai satu kosong kosong tapi ilmunya bolong-bolong. Kalian ingin menjadi yang seperti apa, keputusan ada di tangan kalian sendiri. Tapi gauilislam yakin, kalian udah pada dewasa semua kok. Udah nggak minum ASI lagi kan? Nah, tuh dah pada gede, hehehe… Kalian pasti udah tahu dong, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang berpahala dan mana yang berdosa. Tapi yang jelas, pilihlah yang terbaik untuk kehidupan kalian ke depannya, dan tentu saja masa depan kalian nanti di akharat!
Sambutlah Ujian Nasional kali ini dengan senyuman. Ujian bukan sesuatu yang mengerikan kok. Well, paling juga soalnya susah-susah. Hehehe… Tapi yakin aja deh, kalianlah yang akan memenangkan UN ini, bukan kalian yang justru dikalahkan oleh nafsu dari setan untuk mencontek, dan bukan pula dikalahkan oleh ketumpulan otak kalian gara-gara jarang belajar, jangan sampai deh ya

Etika Dalam Islam


Eh, jangan salah lho, Islam juga terampil mengajarkan etika untuk hubungan sesama manusia. Mungkin bahasanya yang pas adalah akhlak. Tapi, etika juga masih pas kok, karena menurut kamus bahasa Indonesia, etika itu adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, apa sih definisi akhlak dalam pandangan Islam? Menurut Muhammad Husain Abdullah (dalam bukunya, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, hlm 100), disebutkan bahwa secara bahasa akhlaq berasal dari kata al-khuluq yang berarti kebiasaan (as-sajiyah) dan tabiat (at-thab’u). Sedangkan menurut istilah (makna syara’) akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitasnya. Sifat-sifat akhlak ini tampak pada diri seorang muslim tatkala dia melaksanakan berbagai aktivitas—seperti ibadah, mu’amalah, dan lain sebagainya. Tentu, jika semua aktivitas itu ia lakukan secara benar sesuai tuntunan syariat. Nah, catet deh tuh!
Intinya nih, akhlak bukan semata sifat moral, tapi emang perintah dari Allah Swt. Itu sebabnya, ada penjelasan bahwa harus dilakukan dengan cara yang benar sesuai perintah Allah Swt. Dengan kata lain, jika ada orang yang jujur, sopan-santun, bertutur kata yang baik, tapi semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam dan perintah Allah Swt. maka nggak diterima amalannya. Contoh mudahnya, apa yang dilakukan oleh orang yang nggak beriman kepada Allah Swt., perbuatan mereka sia-sia dilihat dari segi amalannya.
Sobat, bersikap lemah lembut kepada orang lain, bukan semata-mata sifat moral (etika), tapi emang perintah dari Allah Swt., dan kita harus melaksanakannya. Sebagaimana firmanNya (yang artinya): “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS Ali Imraan [3]: 159)
Nah, ini sekadar contoh kecil. Lalu contoh lainnya? Nih di antaranya yang bisa kamu simak:
Kejujuran
Dalam bahasa Arab dikenal istilah shidiq (ash-sidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong (al-kazib). Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir-batin; Benar hati (shidq al-qalb), benar perkataan (shidq al-hadiits), dan benar perbuatan (shidq al-‘amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan. (Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Kuliah Akhlaq, hlm. 81)
Sobat muda, Islam udah ngajarin kejujuran ini, jadi bukan semata sifat moral (etika). Tapi emang udah ada perintahnya dari Allah Swt. Dalam perkataan, Rasulullah saw. udah ngasih penjelasan kepada kita lewat sabadanya (yang artinya): “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: Apabila berkata dusta; bila berjanji ingkar; dan bila percaya, khianat” (HR Muttafaqun ‘Alaihi)
Rasulullah saw. pernah ditanya oleh para sahabatnya, “Apakah ada orang mukmin yang penakut? Nabi bersabda: “Ada”. Beliau ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin yang kikir?” Beliau bersabda: “Ada”. Kemudian ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin yang pembohong?” Beliau menjawab: “Tidak ada”. (HR Malik)
Pemaaf
Bro en Sis rahimakumullah, ‘penggila’ gaulislam,  ngasih maaf dan meminta maaf seharusnya menjadi budaya yang baik di antara kita. Gondok sama orang boleh aja. Tapi bukan berarti harus terus-terusan dipelihara. Selain capek ati, juga kita jadi keras hati. Salah-salah malah jadi pendendam. Memang sakit banget kalo dihina sama seseorang. Kita bisa kecewa jika dikhianati, kita bisa muak jika dibohongi. Tapi, bukan berarti kita terus memendam perasaan itu apalagi berniat tak akan pernah memaafkannya sampe delapan turunan (pake tanjakannya juga nggak? Hahahaha…)
Sobat, Rasulullah saw. pernah menyampaikan sabdanya: “Shadaqah tidak mengurangi sebagian dari harta, dan Allah tidak menambah kepada seorang hamba karena maaf melainkan kemuliaan, dan seseorang tidak bertawadhu’ karena Allah, melainkan Allah meninggikannya.” (dikutip dari Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin, hlm. 233)
Dari Uqbah bin Amir, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimimu.” (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Baghawy)
Semoga kita gampang memaafkan orang yang telah menzhalimi kita sekalipun. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk sabar, lemah lembut, dan pemaaf. Itu sebabnya menjadi pendendam itu nggak baik. Nggak ada untungnya juga. Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari; keduanya bertemu tapi saling memalingkan mukanya. Dan yang paling baik di antara keduanya ialah yang memulai lebih dahulu mengucapkan salam” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Pemurah
Abdurrahman bin Auf mendengar Rasulullah saw. bersabda padanya suatu hari: “Hai Ibnu Auf sesungguhnya engkau termasuk golongan orang kaya dan engkau akan memasuki surga dengan merangkak. Berilah pinjaman kepada Allah, niscaya Allah akan menolongmu membuat kedua kakimu berguna (sehingga engkau masuk surga dengan berlari kencang).” (HR Imam Ahmad)
Setelah mendengar sabda Rasul itu, suatu hari Abdurrahman bin Auf membeli tanah seharga 40.000 dinar (1 dinar setara dengan 4,25 gram emas murni) kemudian membagikan semuanya kepada keluarganya dari Bani Zahra, kepada isteri-isteri Rasulullah saw. (ummahatul mukminin), dan kaum muslimin yang fakir. Di suatu hari yang lain, dia menyediakan 500 ekor kuda untuk jihad fisabilillah dan di hari yang lain lagi, ia menyerahkan 1.500 ekor kuda. Dan pada saat meninggalnya, dia mewasiatkan 50.000 dinar dan mewasiatkan pula agar para pejuang Badar yang masih hidup masing-masing diberi 400 dinar, sampai-sampai Utsman bin Affan pun mengambil bagiannya meskipun dia kaya. Utsman berkata: “Sesungguhnya harta Abdurrahman halal dan suci, dan makan dari harta itu sehat dan barakah.”
Oya, sikap pemurah atau kedermawanan yang paling tinggi levelnya itu adalah mendahulukan kepentingan orang lain. Artinya, meski dia membutuhkan, tapi ketika ada orang lain yang jauh membutuhkan, maka ia akan mendahulukan orang tersebut ketimbang dirinya. Wuih, keren banget ya?
Sekadar kamu tahu nih, kisah tentang Ikrimah bin Abu Jahl, Suhail bin Amr dan al-Harits bin Hisyam serta beberapa orang lainnya dari Bani Al-Mughirah mati syahid pada waktu Perang Yarmuk. Ketika Ikrimah, Suhail, dan al-Harits dalam keadaan terluka, mereka diberi beberapa teguk air. Pertama air diberikan kepada Ikrimah, tapi karena ia melihat Suhail sedang memandangi dirinya, Ikrimah berkata, “Minumlah air ini lebih dulu!” Ketika air itu di tangan Suhail, dan Suhail melihat ke arah al-Harits yang sedang memandanginya, maka air itu ia sodorkan kepada al-Harits sambil berkata, “Minumlah air ini lebih dulu!”. Akhirnya, mereka semua wafat karena ingin mendahulukan saudaranya yang lain tanpa ada yang sempat meminum airnya. (Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin, hlm. 261)
Tolong menolong
Prinsip tolong-menolong dalam Islam juga diajarkan, But, tolong menolongnya bukan dalam rangka mengokohkan kejahatan atau melindungi maksiat. Islam membolehkan tolong menolong dalam kebaikan. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.” (QS al-Maa’idah [5]: 2)
Hidup bertetangga dan bermasyarakat juga rasanya elok banget kalo dihiasi dengan sikap tolong-menolong ini. Itu sebabnya, biar saling menolongnya berada dalam kebaikan, Rasulullah saw. sampe mengatakan bahwa tetangga yang baik itu adalah bagian dari kebahagiaan hidup. Jadi, kalo dengan tetangga kudu saling tolong. Beliau bersabda (yang artinya): “Di antara yang membuat bahagia seorang Muslim adalah tetangga yang baik, rumah yang lapang, dan kendaraan yang nyaman.” (HR Hakim)
Kebersihan
Islam, mengajarkan juga tentang kebersihan, boys and gals. Kebersihan diri, pakaian, dan juga tempat tinggal. Risih juga sih ya kalo ngeliat ada orang yang pipis sembarangan. Coba deh jalan-jalan ke terminal. Cari tempat-tempat yang agak tersembunyi. Biasanya di belakang antrian bis-bis yang lagi nunggu giliran diberangkatkan itulah banyak yang pipis sembarangan. Padahal, udah ada WC umum, eh, tetep aja pada pipis di belakang bis, di dekat pohon. Jadinya bau kan?
Kayaknya nih, temen-temen kita yang masih sembarangan pipis kudu baca hadis ini. Abu Hurairah ra berkata: Rasululullah saw. bersabda: “Awaslah kamu dari dua tempat-tempat kutukan orang. Ditanya: Apakah dua tempat yang dikutuk itu? Jawab Nabi saw.: “Orang yang buang air di jalan orang atau tempat berteduh (bernaung) mereka.” (HR Muslim)
Berkaitan dengan diri sendiri pun Islam mengajarkan untuk tampil bersih. Berkaitan dengan masalah gigi aja, Rasulullah saw, bersabda: “Bersiwak (menggosok gigi) itu menyucikan mulut dan membuat ridha Allah Swt.” (HR Ahmad, Tirmidzi, dan Imam Nasa’i)
Oke, ini beberapa contoh aja lho dari hebat dan istimewanya Islam. Intinya, Islam mengajarkan semua aspek kehidupan: akidah, akhlak, dakwah, fikih, muamalah, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, politik, dan kenegaraan. Keren banget kan? Islam, gitu lho!
 
div id='anima_sudut'> HEAD LINE NEWS Siswa-siswi SDIT Al Amri siap meyongsong Tantangan Masa Depan dengan "Ilmu dan Taqwa"